Selasa, 26 November 2013

teks eksposisi( septian dwi k/27

 

 

Parlemen Australia Sulit Diatur

       Australia memiliki masalah yang mirip dengan Indonesia dalam hal urusan parlemen, yaitu kesulitan mengatur para anggotanya untuk disiplin. Hal itu terungkap dari kunjungan pimpinan parlemen Australia kepada pimpinan MPR di gedung DPR, Senayan, Jakarta.

      Di dalam pertemuan itu, pimpinan Parlemen Australia Alex Galldh, bercerita tentang sulitnya mengatur anggota parlemen Australia, lalu bertanya bagaimana kondisi anggota parlemen di Indonesia. "Di Australia anggota parlemen itu sulit diatur. Bagai mana di Indonesia ?" tanya Senator dari South Australia itu kepada Ketua MPR Taufiq Kiemas dalam bahasa Inggris."saya rasa prototipe semua negara demokrasi sama. Tapi ada satu hal, kami tetap menjaga jadwal demokrasi tetap lima tahun," jawab Taufiq.

       Jawaban yang lebih terbuka disampaikan Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari. Menurut politisi Partai Golkar itu, masyarakat Indonesia memiliki tingkat kepercayaan yang rendah kepada anggota parlemennya, bahkan anggota DPR itu kerap diejek di media sosial.

       "Dulu sebelum reformasi, anggota DPR itu dibilang 5 D, datang, duduk, diam, dengar, duit. setelah reformasi disebut Tidak 5 D, tidak datang, tidak duduk, tidak diam, tidak dengar, tapi terima duit," beber Hajriyanto.

       Jawaban itu spontan disambut tertawa oleh delegasi pimpinan parlemen Australia yang beranggotakan tujuh orang itu. Pimpinan MPR yang menerima mereka juga tertawa menyambung Galldh yang menuturkan kondisi di negaranya juga tidak jauh berbeda. ++

Tidak ada komentar:

Posting Komentar