teks eksposisi( septian dwi k/27
Parlemen Australia Sulit Diatur
Australia memiliki masalah
yang mirip dengan Indonesia dalam hal urusan parlemen, yaitu kesulitan
mengatur para anggotanya untuk disiplin. Hal itu terungkap dari
kunjungan pimpinan parlemen Australia kepada pimpinan MPR di gedung DPR,
Senayan, Jakarta.
Di dalam pertemuan itu, pimpinan Parlemen
Australia Alex Galldh, bercerita tentang sulitnya mengatur anggota
parlemen Australia, lalu bertanya bagaimana kondisi anggota parlemen di
Indonesia. "Di Australia anggota parlemen itu sulit diatur. Bagai mana
di Indonesia ?" tanya Senator dari South Australia itu kepada Ketua MPR
Taufiq Kiemas dalam bahasa Inggris."saya rasa prototipe semua negara
demokrasi sama. Tapi ada satu hal, kami tetap menjaga jadwal demokrasi
tetap lima tahun," jawab Taufiq.
Jawaban yang lebih terbuka
disampaikan Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari. Menurut politisi
Partai Golkar itu, masyarakat Indonesia memiliki tingkat kepercayaan
yang rendah kepada anggota parlemennya, bahkan anggota DPR itu kerap
diejek di media sosial.
"Dulu sebelum reformasi, anggota
DPR itu dibilang 5 D, datang, duduk, diam, dengar, duit. setelah
reformasi disebut Tidak 5 D, tidak datang, tidak duduk, tidak diam,
tidak dengar, tapi terima duit," beber Hajriyanto.
Jawaban
itu spontan disambut tertawa oleh delegasi pimpinan parlemen Australia
yang beranggotakan tujuh orang itu. Pimpinan MPR yang menerima mereka
juga tertawa menyambung Galldh yang menuturkan kondisi di negaranya juga
tidak jauh berbeda. ++
Tidak ada komentar:
Posting Komentar